PEKANBARU (CAKAPLAH) - Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Riau, Dodi Aprialdi berang mendengar pengelola Mess Pemda Riau di Jakarta menolak tim SSB Bhayangkara Toeroba asal Kampar Kiri, Kampar Riau yang membutuhkan penginapan untuk bermalam.
Dia mengatakan, kejadian ini terjadi karena komunikasi yang tidak terbangun oleh pengelola Mess Pemda Riau di Jakarta. Padahal penanggung jawab rombongan SSB sudah komunikasi, seharusnya pengelola tidak ada alasan menolak.
"Sebetulnya komunikasi saja. Saya sudah pernah merasakan menjabat Badan Penghubung di Jakarta. Memang banyak masyarakat Riau datang dengan urusan macam-macam, ada yang sakit dan sebagainya. Tapi saya tetap layani, karena tak boleh kita telantarkan seperti kejadian ini," katanya.
Baca: Ditolak Mess Pemprov Riau di Jakarta, Siswa SSB Asal Kampar Menginap di Rumah Warga
Hal itu menurutnya sudah merupakan fungsi Badan Penghubung di Jakarta, dan keberadaan mess gunanya untuk masyarakat yang datang ke Jakarta.
"Jadi mess itu bukan semata-mata dijadikan untuk mencari uang. Mencari uang dalam rangka apa. Karena sekarang ada peraturan daerah dan BPK selalu menilai itu tidak masalah, tapi komunikasi harus dilakukan, kalau sudah ada komunikasi tak ada alasan menolak," ujarnya.
"Tadi malam saya tanya pengelola di sana ada kamar kosong kok sebanyak 8 kamar. Tapi tetap saja, pengelola minta bayaran dulu. Kepala Penghubung saya hubungi tak hidup handponenya. Selama saya di sana tak pernah matikan handphone, karena saya tahu banyak urusan orang yang membutuhkan kita dan itu termasuk tanggungjawab kita sebagai duta besar di Jakarta. Pelantaran ini terjadi karena tak mampunya pejabat menjabat di sana," tegasnya.
Doni menyatakan, tak sepantasnya pengelola menolak rombangan SSB asal Riau, apalagi mereka sudah memberitahu sebelumnya. Kalau perlu surat Dispora kita akan beri, mereka ini kan mandiri tak ada dibiayai oleh Pemda. Namun niat mereka harus kita hargai karena SSB ini membawa nama baik Riau.
"Jadi kita di Jakarta harus respon positif itu. Saya merasakan memang harus memiliki rasa berlebih, rasa kedaerahan. Bayangkan banyak masyarakat datang dengan kondisi sakit berobat ke Jakarta, kalau mereka menyewa kos tentu mahal. Nah, seperti ini perlu perhatian kita. Kita minta surat dari bupatinya sebagai dasar kita kalau mereka memang tak mampu," paparnya.
Lebih jauh dia menceritakan saat Riau dilanda asap, saat itu dia menjabat sebagai Kepala Badan Penghubung di Jakarta. "Saya pernah gelar karpet di aula dan musalah saat musim asap dulu. Mobil saya kirim ke bandara untuk menjemput masyarakat yang tidak bisa berangkat ke Pekanbaru karena asap. Jadi tugas kita di sana bukan melayani pejabat saja, tapi masyarakat. Jangan sampai masyarakat Riau terlantar di sana," bebernya.
"Tolong lah pejabat di sana harus membuka diri. Karena kita ini pelayan, jangan posisikan kita ini pejabat, itu yang keliru, padahal kita ini pelayan masyarakat yang datang ke Jakarta. Saya sudah capek dan sering ingatkan pengelola saat saya menjabat Badan Penghubung," tutupnya dengan tegas.
Penulis | : | Amin |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Riau, Olahraga, Pemerintahan |