"Ada satu unit alat berat yang kita amankan dari lokasi Dusun II Pondok Nogun, Desa Bagan Limau, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan," ujar Kepala Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum (BPPH) KLHK Wilayah. II Sumatera, Eduwar Hutapea, Rabu (21/12).
Penyitaan berawal dari informasi masyarakat tentang keberadaan alat berat yang masuk ke kawasan TNTN beberapa waktu lalu. Polisi Kehutanan Reaksi Cepat (SPORC) Brigade Beruang kemudian melakukan pengintaian selama beberapa hari.
Diketahui ada satu alat berat berada di bekas areal Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang saat ini sedang diupayakan untuk dilakukan pemulihan fungsi ekosistem dan masuk dalam. "Kita langsung berkoordinasi dengan Korem dan Polda Riau. Akhirnya alat tersbut diamankan Selasa dini hari (20/12)," kata Eduwar.
Menurut Eduwar, alat berat itu ditinggalkan pemilik dan operator di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Petugas kemudian menghubungi aparat desa setempat. "Mereka turut diamankan untuk dimintai keterangan terkait keberadaan ekskavator yang tidak semestinya itu.," tegas Eduwar.
Saat ini barang bukti dan saksi telah diamankan di BPPH KLHK Pekanbaru untuk penyelidikan lebih lanjut. "Hasil pemeriksaan sementara, ekstavator itu telah berada di sana sejak 7 Desember silam. Alat itu dimanfaatkan untuk membuka kawasan perkebunan sawit," pungkas Eduwar.
Pada 19 Juli 2004, kawasan Tesso Nilo dijadikan tanaman nasional dengan areal seluas 38.576 hektare. Namun pada tanggal 19 Oktober 2009, taman nasional tersebut diperluas menjadi 83.068 hektare.
Banyaknya warga yang menetap di dalam Taman Nasional Tesso Nilo membuat kawasan ini terancam keberlangsungan sebagai taman nasional. Sebagian besar warga yang tinggal di dalam kawasan TNTN mengganti hutan alam menjadi kebun sawit.
Pengelola Balai Taman Nasional Tesso Nilo di Provinsi Riau mengklaim, sekitar 5.000 hektare lahan telah memiliki Sertifikat Hak Milik (SHM) dan beralih fungsi. Total hutan yang dirambah lebih dari 53.000 hektar.
Di Taman Nasional Tesso Nilo hidup 360 flora terbagi dalam 165 marga dan 57 suku. Di sana juga ada 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia.
Data dari penggiat lingkungan World Wildlife Fund for Nature (WWF) Riau mencatat, sejak 2004 hingga 2015 sudah terdapat 74 ekor gajah mati di sekitar taman nasional tersebut.
Penulis | : | Bhimo |
Kategori | : | Lingkungan |