High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Pekanbaru, Kamis (8/4/2021).
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Jelang Ramadan dan Idul Fitri, ada kecenderungan inflasi akan naik. Hal ini biasanya terjadi karena kenaikan harga bahan pokok di lapangan. Tak terkecuali di Kota Pekanbaru.
"Kenaikan harga pokok ini berkaitan dengan situasi pada rantai pasok," ujar Deputi Kepala Perwakilan BI Riau Bidang Perumusan dan Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah Teguh Setiadi, dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Pekanbaru, Kamis (8/4/2021).
Ia mengatakan menurut catatan BI, setidaknya ada delapan titik rantai pasok yang harus dilewati oleh komoditi-komoditi itu sebelum sampai ke konsumen.
"Perlu dilakukan strategi tepat untuk melakukan pemangkasan terhadap rantai pasok agar harga bisa ditekan dan petani diuntungkan," cakapnya.
Selain itu, BI Riau juga mencatat adanya siklus pangan tidak relevan yang cenderung membuat harga hasil panen jatuh.
Dikatakan Teguh, ada 4 program pengendalian inflasi di tahun 2021 yang dilakukan. Yang pertama adalah implementasi kerjasama antar daerah.
"Berdasarkan kesepakatan bersama No.01/NK/I/2020 tentang Kerjasama dalam rangka Peningkatan Perekonomian Daerah, perlu ditingkatkan kerjasama antar daerah untuk memenuhi kebutuhan Kota Pekanbaru," sebutnya.
Program kedua adalah kemandirian pangan lokal. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pasokan pangan, PT. Sarana Pembangunan Madani (BUMD Kota Pekanbaru) telah melakukan penandatanganan PKS No.030/SPM-UPJAS/KPW/III/2020 dengan UPJA Kecamatan Bunga Raya tentang Kemitraan Pemasaran Beras di Pekanbaru.
Program ketiga yang dilakukan adalah memperpendek rantai distribusi. Berdasarkan kesepakatan bersama No.01/NK/I/2020 tentang Kerjasama dalam rangka
peningkatan Perekonomian Daerah serta memfasilitasi Gapoktan produk sayuran untuk melakukan kerjasama pembelian dan penjualan dengan Warung Segar sebagai salah satu platform e-commerce guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemasaran produk dari produsen ke konsumen.
"Program keempat adalah penguatan sinergi. Koordinasi di level teknis TPID perlu diperkuat melalui pertemuan rutin untuk membahas kondisi terkini perkembangan harga dan pasokan komoditas, kemudian pengambilan langkah-langkah strategis dalam pengendalian inflasi," sebutnya.
Sementara itu Sekda Pekanbaru Jamil mengatakan untuk inflasi Kota Pekanbaru hingga bulan Maret 2021 menunjukkan inflasi sebesar 0,15% (mtm) atau 1,74% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,33% (mtm) atau 1,60% (yoy).
"Inflasi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan Sumatera dan Nasional yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,02% (mtm) dan 0,08% (mtm). Secara umum, inflasi masih terpantau rendah dan terkendali," sebutnya.
Lanjut Sekda, pertumbuhan inflasi IHK mengindikasikan perbaikan permintaan, sejalan dengan geliat pemulihan ekonomi.
Namun, pertumbuhan tersebut juga diikuti dengan lonjakan tingkat inflasi volatile food yang terindikasi dari mulai naiknya harga aneka cabai dan bawang merah.
Hal ini akan menjadi perhatian TPID Kota Pekanbaru untuk terus menjaga tingkat harga pangan pokok dalam tingkat yang wajar, agar daya beli masyarakat Pekanbaru dapat terus terjaga.
"Selanjutnya, kami sampaikan bahwa ketersediaan bahan pangan pokok di Pekanbaru berada pada jumlah yang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam periode bulan puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri," cakapnya.
Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan, cadangan kecukupan bahan pokok dapat sewaktu-waktu ditingkatkan, sejalan dengan telah disepakatinya Kerjasama Antar Daerah (KAD) tanggal 22 April 2020 oleh Kepala Daerah se-Sumatera untuk menjamin kecukupan pasokan bahan pangan pokok di masing-masing Kota.
"BUMD Pemkot Pekanbaru di bidang ketahanan pangan, PT Sarana Pangan Mandiri, akan memperluas kerjasama dengan berbagai pihak baik dari jenis komoditas maupun dari sisi kuantitas," tutupnya.
Penulis | : | Unik Susanti |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Ekonomi, Riau, Kota Pekanbaru |