Ilustrasi
|
Jakarta (CAKAPLAH) - Harga minyak dunia naik lagi hingga sudah di atas US$ 110 per barel. Penyebabnya masih seputar konflik Rusia dan Ukraina yang memicu ketakutan di pasar tentang pasokan minyak.
Tercatat pada Rabu (2/3/2022) minyak mentah Brent berada di level tertinggi sejak 2014 atau melonjak hampir 9% jadi US$ 113,65 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik lebih dari 8% diperdagangkan pada US$ 112,25 per barel. Di Eropa, harga gas alam melonjak 60% ke rekor tertinggi US$ 215 per megawatt hour (MWH).
"Kepanikan pasar ada di sini. Reaksi kenaikan harga awal setelah konflik di Ukraina dimulai enam hari lalu semakin meningkat," kata Analis Pasar Minyak Senior di Rystad Energy, Louise Dickson dikutip dari CNN, Kamis (3/3/2022).
Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) juga telah meroket. Pada Februari 2022 tercatat US$ 95,72 per barel, naik US$ 9,83 dari US$ 85,89 pada Januari 2022.
Kenaikan ICP ini menyebabkan harga keekonomian bahan bakar minyak (BBM) meningkat sehingga menambah beban subsidi BBM dan Liquefied Petroleum Gas (LPG), serta kompensasi BBM dalam APBN.
Sebagaimana diketahui, subsidi BBM dan LPG 3 kg dalam APBN 2022 sebesar Rp 77,5 triliun. Subsidi tersebut dengan asumsi ICP sebesar US$ 63 per barel.
Dengan harga tersebut, maka ICP telah melampaui sebesar US$ 32,72 per barel dari asumsi APBN. Harga minyak dunia juga hampir dua kali lipat dari asumsi APBN.
Jika harga minyak dunia ini terus 'ngamuk', maka tentunya beban negara akan semakin besar dan subsidi BBM serta LPG bisa membengkak.***
Editor | : | Jef Syahrul |
Sumber | : | detik.com |
Kategori | : | Internasional, Ekonomi |