Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim (Suska) Riau, Akhmad Mujahidin,
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim (Suska) Riau, Akhmad Mujahidin, akan segera menjalani persidangan kasus dugaan korupsi pengadaan internet tahun 2020 -2021.
Sejumlah jaksa disiapkan untuk membuktikan tindakan pidana korupsi yang dilakukan pria bergelar profesor tersebut.
Saat ini, tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejari Pekanbaru sedang menyusun dan menyempurnakan surat dakwaan. Ditargetkan dalam pekan ini berkas perkara akan dilimpahkan ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Pengadilan Negeri Pekanbaru untuk disidangkan.
"Masih menyempurnakan dakwaan. Dalam pekan ini kita limpah (berkas perkara ke pengadilan," ujar Kepala Seksi (Kasi) Pidana Khusus (Pidsus) Kejaksaan Negeri (Kejari) Pekanbaru, Agung Irawan, Senin (24/10/2022).
Agung mengatakan, ada empat orang jaksa yang ditunjuk sebagai Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang akan membuktikan dakwaan Akhmad Mujahidin di persidangan.
"Saya langsung bertindak sebagai Katim (Ketua Tim JPU, red)," papar Agung.
Penetapan tersangka terhadap Akhmad Mujahidin dilakukan penyidik pada Bidang Pidana Khusus Kejaksaan Negeri Pekanbaru pada 19 September 2022 kemarin. Dalam proses penyidikan, belasan saksi dari pihak perguruan tinggi tersebut telah diperiksa. Begitu juga dari pihak BUMN, swasta, dan saksi ahli.
Berkas perkaranya akhirnya dinyatakan lengkap atau P-21 pada 19 Oktober 2022. Selanjutnya, penyidik melimpahkan kewenangan penanganan perkara ke Tim JPU. Pelimpahan tersangka dan barang bukti perkara tersebut dilaksanakan pada Jumat (21/10/2022).
Selain Akhmad Mujahidin, perkara ini juga menjerat seorang tersangka lainnya. Dia adalah Benny Sukma Negara. Dia merupakan dosen di perguruan tinggi tersebut sekaligus menjabat sebagai Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data UIN Suska Riau.
Terhadap Benny, belum bisa dilakukan proses tahap II karena yang bersangkutan dikabarkan mengalami gangguan jiwa dan saat ini tengah menjalankan observasi di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan, Kota Pekanbaru.
Dari informasi yang dihimpun, perbuatan rasuah itu bermula pada tahun 2020 lalu. Dimana saat itu, UIN Suska Riau melaksanakan kegiatan Pengadaan Jaringan Internet dengan anggaran sebesar Rp2.940.000.000, dan untuk Pengadaan Jaringan Internet bulan Januari hingga Maret 2021 sebesar Rp734.999.100.
Adapun sumber dana berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Rupiah Murni (RM). Bahwa Rencana Umum Pengadaan (RUP) kegiatan Pengadaan Jaringan Internet kampus UIN Suska Riau Tahun 2020 dan Tahun 2021 ditayangkan ke dalam aplikasi SIRUP (Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan) LKPP dengan metode pemilihan e-purchasing.
Bahwa pemilihan penyedia/provider internet tahun 2020 tidak dilakukan dengan metode pemilihan e-purchasing. Melainkan dilakukan penunjukan PT Telkom sebagai penyedia dengan menggunakan Kontrak berlangganan Nomor K.TEL 13/HK 820/WTL-1H10000/2020, tanggal 2 Januari 2020.
Kegiatan Pengadaan Jaringan Internet pada UIN Suska Riau Tahun Anggaran 2020 dilaksanakan dengan modus sistem Kerja Sama Organisasi (KSO) dengan menggunakan Kontrak berlangganan Nomor K.TEL 13/HK.820/WTL-1H10000/2020, tanggal 2 Januari 2020 dan Nota Kesepakatan Bersama tentang Peningkatan Akses Internet di Lingkungan Kampus Nomor Tel.02A/HK000/WTL-1H10000/2020, Nomor UN.04/R/HM.01/026/2019 tertanggal 02 Januari 2020, antara pihak UIN Suska Riau dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Namun pihak UIN Suska Riau tetap menggunakan APBN dalam pelaksanaan KSO tersebut. Hal itu bertentangan dengan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 136/PMK.05/2016 tentang Pengelolaan Aset pada Badan Layanan Umum.
Atas perbuatannya, para tersangka dijerat dengan Pasal 12 huruf e atau Pasal 12 huruf i Undang-undang (UU) RI Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah dan ditambah dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.