PEKANBARU (CAKAPLAH) - Ditengah maraknya isu penyebaran Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Riau khususnya Kota Pekanbaru, penguatan pembelajaran agama dan pendidikan anti-LGBT sudah sepatutnya diterapkan dari jenjang taman Kanak-kanak hingga SMP.
Hal ini dikatakan Ketua DPRD Kota Pekanbaru, Muhammad Sabarudi. Ia mengatakan budaya Melayu dan agama harus ditingkatkan
"Kota Pekanbaru berbudaya Melayu, dan Melayu identik dengan agama Islam. Maka nilai-nilai pendidikan agama memang harus dikuatkan," kata Sabarudi.
Selain itu, para orang tua, kata politisi PKS ini, juga harus memiliki inisiatif sendiri jika tempat anaknya mengenyam pendidikan kurang mendapatkan pendidikan agama seperti Madrasah Diniyatul Awaliyah (MDA).
"Harus ada inisiatif dari orang tua, pemerintah juga harus ikut ambil bagian untuk memfasilitasi nilai-nilai agama dikuatkan di Kota Pekanbaru," pintanya.
Seiring dengan perkembangan teknologi, politisi PKS ini juga mengingatkan orang tua untuk mengawasi para anaknya jika bermain gadget atau handphone.
Sebab, jika orang tua lengah mengawasi anak-anak dalam bermain gadget maka mereka akan bebas dalam mengeksplor dunia internet.
"Terkadang anak-anak tidak tahu mana yang baik dan buruk, orang tua, guru dan lingkungan harus ada pengawasan. Penerapan disiplin dalam menggunakan gadget juga harus diperlukan," tukasnya.
Sebelumnya, Ketua PMI Riau, Syahril Abubakar mengatakan bahwa LGBT saat ini turut menjadi perhatian pihaknya. "Persoalan LGBT ini menjadi salah satu fokus kami juga. Disamping kejiwaan kepada penyakit LGBT ini sangat rentan sekali," katanya.
Syahril mengatakan, berdasar data dari klinik voluntary conselling test (VCT) Pekanbaru diketahui saat ini yang terjaring HIV dari donor darah sudah cukup tinggi di Riau.
"Salah satu akibat dari LGBT ini, dampaknya pada peningkatan HIV itu tadi. Maka itu yang perlu kita dorong untuk sama-sama mengantisipasi, menangkal LGBT ini sejak dini," cakap Syahril.
Ia mengatakan, bahwa pihaknya mengerahkan Palang Merah Remaja (PMR) untuk melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah tentang bahaya LGBT.
"Melalui PMR kita dari PMI memberi pemahaman, kemudian mereka (PMR) memberi pemahaman pula kepada kawan-kawannya di sekolah, dan kampus melalui KSR (korps sukarela)," ulasnya.
"Trendnya semakin meningkat, PMR akan jadi garda terdepan untuk menangkal LGBT, mereka bisa saling ingat mengingatkan, dan bahasa mereka akan lebih sampai karena seumur daripada penyuluh yang datang dari puskesmas atau Dinas Kesehatan," cakapnya.
Tak hanya itu, kata Syahril lagi, selain dari aspek kesehatan, juga harus digempur dari aspek kejiwaan. Dimana pemerintah dan pihak sekolah bisa untuk mengerahkan guru-guru khusus penyuluhan dan bimbingan konseling untuk lebih banyak materinya ke arah penangkalan LGBT.
Penulis | : | Satria Yonela Putra |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Pemerintahan, Pendidikan, Kota Pekanbaru |