PEKANBARU (CAKAPLAH) - Meski setiap tahun Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru selalu menganggarkan dana untuk memperingan biaya pendidikan melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru mencatat setidaknya ada sebanyak 33 anak mengalami putus sekolah.

Kepala Disdik Kota Pekanbaru, Abdul Jamal saat ditemui di kantornya, Selasa (10/4/2018), mengatakan jika angka tersebut masih tidak valid. Hal ini disebabkan karena masih banyak anak putus sekolah yang tidak terdata oleh Disdik kota Pekanbaru.

"Data yang kami dapat di lapangan itu memang dari RW maupun RT, anak yang putus sekolah berjumlah 33 orang dengan rincian 12 orang anak putus sekolah di SD Negeri. Sedangkan SD Swasta sebanyak 4 orang, untuk SMP Negeri ada 11 orang anak putus sekolah dan SMP swasta sebanyak 6 orang," kata Jamal.

Jamal menyebut, untuk data valid anak putus sekolah, Ia meminta berbagai pihak untuk berkolaborasi baik RT, RW, kelurahan hingga Dinas Sosial mendata anak putus sekolah.
"Kita mengakui mengambil sumber data dari RT maupun RW untuk anak putus sekolah. Dan kita meminta data tersebut diupdate terus. Kita tidak bisa bekerja sendiri untuk pendidikan anak, maka dari itu kita perlu kolaborasi berbagai pihak agar anak tidak putus sekolah," ujarnya.

Jamal menambahkan, kolaborasi yang disiapkan misalnya rumah singgah dari Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan menyiapkan guru untuk mengajar. Kondisi ini, akan menjadi 'pekerjaan rumah' bagi semua pihak, bukan hanya pemerintah. Semua lini, katanya, hendaknya ikut terlibat dan terus mengajak serta mendorong anak-anak usia sekolah untuk bersekolah. Salah satunya melalui pendidikan paket A, B dan C.

"Dan anak putus sekolah juga bisa salurkan selain rumah singgah ada juga PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar, red) yang diselenggarakan masyarakat," imbuhnya.

Selain itu, Jamal menyebutkan antisipasi anak putus sekolah dilakukan oleh Dinas Pendidikan adalah dengan adanya sekolah marjinal dan sekolah terbuka.

"Sekolah marjinal di Pekanbaru ada dua diantaranya di Kecamatan Tenayan Raya dan Kecamatan Tampan. Sedangkan Sekolah terbuka setara dengan SMP ini bekerjasama sengan SMP Negeri 9 Pekanbaru," katanya lagi.

Bahkan, kata Jamal, Disdik juga melakukan MoU dengan Lapas agar anak-anak tetap mendapatkan pendidikan. "MoU dengan Lapas kita lakukan untuk mengajar anak-anak di lapas agar tidak ketinggalan belajar di sana," ungkapnya.

Ia juga membeberkan alasan anak putus sekolah rata-rata bukan karena ekonomi saja. Tetapi juga kemauan dari anak itu sendiri untuk belajar.

"Jangan pikir anak-anak di lampu merah tersebut tidak sekolah. Bisa saja mereka jualan dulu baru sekolah. Kami juga akan terus meningkatkan minat para pelajar  untuk bersekolah melalui berbagai kegiatan seperti menggelar kegiatan lomba bagi pelajar hingga kegiatan ekskul untuk menunjang bakat siswa," pungkasnya.