PEKANBARU (CAKAPLAH) - Kondisi hutan primer Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang berada di Kabupaten Pelalawan cukup memprihatinkan. Hutan primer di kawasan ini hanya tersisa 13 ribu hektare dari luas total 81 ribu hektare.
Anggota DPRD Riau yang juga mantan Ketua Pansus Konflik Lahan Marwan Yohanis mengatakan, sudah membaca juga secara nasional tentang persoalan hutan ini. Selama ini memang terjadi persoalan terhadap pengelolaan hutan di Riau.
"Apakah hutan lindung, HTI, konservasi semuanya imbas dari pengkhianatan masa lalu," kata Marwan, Kamis (22/9/2022).
Ia pertanyakan, selama ini pihak berwenang ke mana saja, dewan, Polhut, dan lain-lain. Kenapa bisa hutan berkurang terus tiap tahunnya. "Termasuk Tesso Nilo itu. Kenapa setelah hilang baru teriak semua, hilangnya pun tidak sedikit," kata dia.
Ia berharap semua yang ditugaskan mengurus itu betul-betul menjalankan tugasnya, supaya tak ada lagi pengkhianatan dalam pengelolaan hutan ini. Ia meminta ada tindakan tegas dari aparat untuk menangani persoalan itu.
"Kami harap diusut tuntas orang-orang yang membuat itu bisa terjadi, mulai dari aparat desa sampai jajaran tingginya. Apalagi ada maling teriak maling," tegas dia.
Kalau memang ingin menegakkan, Ia mengajak sama-sama. Masalahnya, kata dia, negara ini tak bertindak kepada orang-orang yang melakukan kesalahan.
"Mari tegakkan hukum dengan cara tidak melanggar hukum. Kita sekarang tidak mencari kebenaran melainkan mencari pembenaran. Dan ini mengorbankan kesejahteraan rakyat," tegas dia.
Sebelumnya, Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Heru Sutmantoro SHut MM mengungkapkan secara blak-blakan terkait kondisi terkini yang dialami oleh kawasan TNTN yang berada di Kabupaten Pelalawan.
Ia menjelaskan bahwa saat ini hutan primer di kawasan ini hanya menyisakan 13 ribu hektare dari luas total 81 ribu hektare. Hal ini disampaikan Heru Sutmantoro, ketika CAKAPLAH.com sempat mewawancarainya kemarin, terkait kondisi kawasan TNTN yang disebut-sebut sebagai penopang paru-paru dunia.
Menurut dia, berdasarkan data satelit yang dilakukan pada akhir tahun 2021 lalu, hutan alam atau hutan primer di kawasan TNTN terpantau hanya menyisakan 13 ribu hektar.
"Yang pasti luas total kawasan TNTN itu 81 ribu hektar dan berdasarkan identifikasi kita, kros cek ke lapangan dan berdasarkan peta satelit terbaru yakni pada akhir tahun 2021, itu memang menunjukkan ada perubahan, dimana 41 ribu sudah ditanami sawit atau lebih separuh dan 28 ribu kondisi terbuka ditumbuhi semak belukar, 13 ribu hutan alam primer. Jadi jika dikatakan memang hutan alam betul 13 ribu hektar. Kondisinya, memang seperti itu saya masuk satu tahun dan lakukan identifikasi," terang Heru.
Penulis | : | Delvi Adri |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Lingkungan, Riau |