(CAKAPLAH) - Sejak dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia yang ke-10, November tahun 2022, Datuk Seri Anwar Ibrahim atau oleh media di Malaysia sering di sebut DSAI telah mengunjungi 5 negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam komunitas ASEAN.
Indonesia menjadi Negara pertama dikunjungi oleh PM DSAI, kemudian disusul ke Singapura, Brunai Darussalam, Thailand dan dan Filipina.
Dalam kunjungan ke Filipina, DSAI akan bertemu dengan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr. Ferdinand Marcos Jr merupakan anak dari Presiden Filipina yang berkuasa lebih kurang 25 tahun sebelum terjadinya penggulingan kekuasaan yang akhirnya Presiden Ferdinand Marcos lari ke Honolulu, ibu kota negara bagian Hawaii, Amerika Serikat yang mana kota tersebut dijuluki sebagai tempat yang terlindung. Isu Sabah sempat menjadi masalah dalam hubungan kedua Negara. Bagi Malaysia, isu Sabah telah selesai sejak 16 September 1963. Sebelumnya pada 31 Agustus 1963, Inggris yang menjadi koloni di Sabah telah bersetuju untuk melepaskan wilayah tersebut dan menyerahkannya ke Persekutuan Malaysia.
Tulisan ini mencoba menjelaskan secara umum hubungan kedua negara, Malaysia dan Filipina yang secara historis pernah memiliki masalah yang berhubungan dengan Kesultanan Sulu.
Hubungan Malaysia dan Filipina sempat menegang ketika kelompok Sultan Jamalul Kiram III di wilayah Filipina Selatan memasuki wilayah Sabah untuk menuntut kembali Sabah dikembalikan ke Filipina. Oleh Kesultanan Sulu, klaim kepemilikan Sabah merupakan rentetan sejarah yang belum selesai, itu klaimnya terhadap Sabah. Kelompok Sultan Jamalul Kiram III mengatakan bahwa, Sabah masih milik mereka. Oleh sebab itu, tulisan ini akan menjelaskan secara umum bagaimana sejarah ketika Inggris menyerahkan Sabah ke Federasi Malaya ketika itu.
Sejarah mencatat bahwa semenjak abad ke-19, Lord Brassey, seorang Kompeni Inggris di Borneo (Pulau Kalimantan) telah merencanakan penyatuan antara negeri-negeri di Borneo yaitu Sabah dan Sarawak, negeri-negeri Melayu dan negeri-negeri Selat (Malaka, Pulau Penang serta Temasek (Singapura). Negeri-negeri Melayu tersebut adalah Johor, Kedah, Kelantan, Sembilan, Pahang, Perak, Perlis, Selangor dan Terengganu.
Sabah diserahkan Inggris kepada Malaysia yang mana sebelumnya Inggris memiliki kekuasaan (koloni) atas Borneo Utara (Sabah). Jadi kepemilikan Malaysia atas Sabah didasarkan atas penyerahan Inggris kepada Malaysia. Dalam Hukum Internasional hal tersebut diakui dan tidak bertentangan dengan perjanjian internasional. Bergabungnya Sabah ke Persekutuan Malaysia pada 16 September 1963 tentunya melalui proses yang panjang. Sebelum wilayah Sabah bergabung ke dalam Persekutuan Malaysia secara resmi, Sabah turut diawasi oleh PBB. Sebelum Sabah bergabung ke dalam Persekutuan Malaysia, pada 8 Juli 1963 bertempat di London, Inggris telah dilakukan perjanjian bagi bergabungnya Sabah ke dalam Persekutuan Malaysia.
Sejak penandatanganan tersebut, PBB telah mengirim utusannya, Lawrence Michaelmore ke Sabah pada 16 Agustus hingga 5 September 1963 untuk melihat kesiapan masyarakat Sabah untuk bergabung secara resmi ke dalam Persekutuan Malaysia. Mayoritas rakyat Sabah bersetuju untuk bergabung ke dalam Persekutuan Malaysia yang awalnya akan dilakukan pada 31 Agustus 1963 yang merupakan 6 tahun perayaan Hari Kebangsaan (kemerdekaan) Persekutuan Tanah Melayu (Federation of Malaya), namun kemudian disepakati pada 16 September 1963.
Dalam Hukum Internasional, Sabah dan Sarawak telah secara sah dan resmi bergabung dalam Persekutuan Malaysia pada 16 September 1963. Sebelumnya Sabah dan Sarawak menjadi Koloni Inggris. Pada 31 Agustus 1963, Inggris yang menjadi koloni di Sabah dan Sarawak telah bersetuju untuk melepaskan wilayah tersebut dan menyerahkannya ke Malaysia.
Wilayah Sabah dan Sarawak yang menjadi kedaulatan Inggris diserahkan ke Malaysia melalui transfer kekuasaan. Inggris menyerahkan Sabah dan Sarawak ke Malaysia melalui penyerahan wilayah yang sebelumnya menjadi miliknya (kedaulatan Inggris), “nemo plus juris transferre potest quam ipse habet”. (Tak seorang pun dapat mengalihkan lebih banyak haknya daripada yang ia miliki).
Malaysia merayakan bergabungnya Sabah (Borneo Utara) ke dalam Malaysia pada 16 September 1963. Oleh sebab itu, pemerintah Malaysia menyebutnya sebagai hari Malaysia yang bermakna bahwa, setiap tanggal 16 September, Malaysia merayakan hari Malaysia atas masuknya Sabah menjadi bagian Federasi Malaysia. Oleh sebab itu pula, isu Sabah telah selesai dalam hubungan bilateral antara Malaysia dan Filipina. Media di Filipina tidak memberitakan isu Sabah dalam kunjungan Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim (DSAI) ke negara tersebut.
Penulis | : | Hasrul Sani Siregar, MA, Alumni IKMAS, Universiti Kebangsaan Malaysia /Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau |
Editor | : | Yusni |
Kategori | : | Internasional, Cakap Rakyat |