Ketua Umum FKPMR DR Chaidir
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Provinsi Riau dalam beberapa waktu terakhir mendapat sorotan publik hingga ke tingkat nasional. Namun sayang sorotan tersebut dinilai memalukan dan mencoreng marwah Melayu seperti penangkapan Bupati Kepulauan Meranti M Adil dan sejumlah pejabat dalam operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Kamis (6/4/2023) malam.
Sebelumnya Riau juga heboh karena gaya hidup mewah istri dan anak Sekdaprov, rubuhnya payung elektronik di Masjid Agung Annur yang dalam pengerjaan, hingga tereksposnya di ruang publik ketidakpuasan Wagub Edy Natar Nasution, atas pemotongan sumbangan Safari Ramadan Wagub sehingga yang bersangkutan memutuskan menghentikan Safari Ramadannya.
Kondisi ini mendapat perhatian dari pemuka masyarakat Riau yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR).
"FKPMR sangat prihatin dan sangat menyayangkan kejadian-kejadian tersebut, karena tidak sepatutnya terjadi di Provinsi Riau sebagai negeri Melayu yang sangat menjujung tinggi nilai-nilai budaya Melayu," kata Ketua Umum FKPMR DR Chaidir MM, dalam pernyataan kepada CAKAPLAH.COM, Kamis malam.
Untuk itu FKPMR mengimbau kepada seluruh pemimpin mulai kepala daerah dan para pejabat birokrasi, anggota legislatif di daerah ini yang diberi amanah sebagai pemimpin di semua level, agar menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Melayu yang mengedepankan integritas, keteladanan, saling menghormati, menjaga sopan-santun, terbuka dan bersih hati.
"Menjunjung tinggi budaya tenggang rasa dan toleransi. Juga mengimbau para pejabat dan keluarga pejabat untuk tidak berbuat dan mempertontonkan gaya hidup mewah (hedonisme), senantiasa berempati dengan penderitaan ekonomi rakyat," cakap mantan Ketua DPRD Riau itu.
FKPMR juga mengimbau masyarakat untuk menahan diri dan tidak terprovokasi oleh pemberitaan yang bisa menimbulkan benih-benih perpecahan, senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan. Menjunjung tinggi dan memuliakan musyawarah dan mufakat dalam kehidupan sehari-hari, dan segera menyelesaikan semua perbedaan pandangan dan pendapat dalam masyarakat dan menjunjung supremasi hukum dan menjunjung tinggi keutamaan dan kemuliaan keadilan dan kebenaran.
"Mari kita jadikan momentum tarbiyah Ramadhan untuk introspeksi dan evaluasi, berhijrah memperbaiki diri menjadi diri yang tawadu’, memperkuat solidaritas sosial, manjadi insan muttaqin," tutupnya.***
Penulis | : | Rilis |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Serba Serbi, Riau |