PEKANBARU (CAKAPLAH) - Rezqi Boemi Illahi Farm (RBIF) adalah salah satu peternakan mandiri yang ada di Provinsi Riau. Berdiri sejak tahun 2007, peternakan yang awalnya berlokasi di depan Terminal AKAP Bandar Mayang Terurai ini digawangi oleh Arya Gamadika dan dikelola secara mandiri bersama-sama dengan Misbakhul Arief dan Ativbayu. Ketiganya merupakan tenaga terdidik lulusan dari salah satu perguruan tinggi negeri di Pekanbaru.
Arya Gamadika kepada CAKAPLAH.com menceritakan awal mula berdirinya peternakan ini hanya mengelola 3 ekor sapi saja dengan jenis Sapi Bali. Pada saat itu sapi yang dibeli adalah 2 ekor indukan yang sudah dalam kondisi bunting sekitar 6 bulan. Harapannya beberapa bulan kedepan jumlah populasi bertambah.
"Pada tahun 2008 karena situasi yang tidak memungkinkan, lokasi peternakan dipindahkan ke lokasi yang lebih luas di sekitar Sungai Takuana, Desa Palas, Rumbai kota Pekanbaru. Saat itu sudah terjadi penambahan populasi menjadi 35 ekor yang terdiri dari sapi bali, sapi simental dan Peranakan Ongole (PO). Penambahan populasi ini terjadi karena adanya pembelian dan pengembang biakan (breeding)," ujar Arya, Rabu (1/7/2020).
"Tahun 2007 dan 2008 ini penyediaan pakan hanya berasal dari hijauan rumput liar yang berada di sekitar lokasi peternakan saja," imbuhnya.
Ia menjelaskan seiring dengan perkembangan waktu serta melakukan diskusi dengan para peternak yang ada di Riau dan para ahli serta kunjungan ke berbagai lokasi peternakan di dalam dan di luar provinsi Riau pihaknya terinspirasi membuat peternakan dengan pola yang semi modern dengan melakukan alih teknologi pengolahan bahan pakan dengan cara fermentasi dan mengkandangkan sapi dalam satu kandang tanpa dilepasliarkan lagi di lapangan dan itu dimulai sejak tahun 2009 sampai dengan saat ini.
"Karena semakin berkembang, lokasi peternakan dipindahkan lagi ke lokasi yang lebih memadai sarana dan prasarananya yaitu ke jalan Tengku Mahmud Palas," sebutnya.
Lanjut Arya, peternakan terus berkembang dari tahun ke tahunnya. Dari yang semula hanya dengan populasi 40 ekor saja di kandang yang berada jalan Tengku Mahmud Palas, jumlah sapi terus mengalami penambahan dengan proses breeding.
Aktifitas kandang sepanjang tahun dipeternakan dilaksanakan dengan pola pengembangbiakan dari berbagai jenis sapi seperti sapi simental, brahman, bali dan juga PO.
"Sapi-sapi tersebut dijual untuk memenuhi kebutuhan daging lokal serta kegiatan rutin tahunan yaitu pelaksanaan penyembelihan hewan qurban bagi masjid-masjid dan pelaksanaan qurban perorangan serta penjualan anakan sapi untuk pemenuhan kebutuhan peternak sapi sekitarnya," tuturnya.
Masih kat Arya, dari tahun ke tahun Peternakan RBIF terus berkiprah untuk memenuhi kebutuhan hewan qurban bahkan secara khusus memenuhi permintaan hewan qurban Presiden Republik Indonesia dan Gubernur Riau serta jajarannya yang melaksanakan pemotongan Hewan Qurban di Provinsi Riau. Tentunya dengan memenuhi syarat baik itu bobot yaitu 900 kg - 1.000 kg, syarat kesehatan yakni terbebas dari segala bentuk penyakit hewan yg berbahaya bagi kesehatan manusia, bahkan secara Syar'i tidak terdapat kekurangan atau cacat.
"Sehingga ada jaminan sapi-sapi yang akan dipotong sehat, higienis, dan terpenuhi syarat secara keagamaan," sebutnya.
Dari awal tahun 2009 peternakan juga menjalin kemitraan dengan masyarakat/petani sekitar dalam bentuk pemberian bibit tanaman jagung dan pupuk dari kotoran sapi. Yang hasil tanamannya dimanfaatkan masyarakat/petani sedangkan batang jagung dipakai untuk memenuhi kebutuhan pokok peternakan sebagai bahan pakan.
"Peternakan RBIF juga pernah melakukan kerjasama dengan beberapa SMK Peternakan dan Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Susqa Pekanbaru sejak tahun 2009. Kerjasama berupa penempatan untuk praktek kerja dan magang kerja bagi siswa dan mahasiswa, serta beberapa kelompok masyarakat yang bergerak di bidang peternakan. Sehingga dalam setiap jenjangnya dapat memenuhi kriteria dan kwalitasnya," terangnya.
Tenaga Kerja
Dalam rangka memehuhi target hasil kerja secara berkala, ujar Arya, peternakan RBIF menggunakan tenaga kerja yang berasal dari tenaga-tenaga kerja lokal yang tersedia di Provinsi Riau baik sebagai tenaga ahli, tenaga teknis menengah maupun tenaga harian, yang lebih mengandalkan otot.
"Tenaga ahli yang kita pergunakan saat ini diperoleh dari sarjana peternakan ataupun siswa tamatan SMK yang sebelumnya magang dan praktek kerja di peternakan," Cakapnya.
Lanjut Arya, proses pengembangbiakan hewan ternak RBIF dilakukan secara inseminasi buatan yang dikerjakan oleh tenaga terlatih yang dilatih mandiri dengan harapan indukan yang dimiliki kualitas S-1.
"Populasi sapi di peternakan RIBF sampai saat ini adalah sekitar 300 èkor yang siap dipasarkan baik itu untuk qurban, pedaging dan juga pedet untuk pengembangan peternakan lokal," ucapnya.
Untuk kesinambungan usaha saat ini pihaknya terus berbenah baik itu terkait dengan kegiatan reproduksi sapi, ketersediaan bahan pakan, kualitas pakan, kesehatan ternak, lingkungan yang baik serta lestari, bahkan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar juga jadi perhatian.
"Untuk adanya jaminan ketersediaan bahan pakan saat ini, kita juga sedang mengembangkan berbagai jenis tanaman yang berfungsi untuk meningkatkan produktifitasnya serta kandungan protein yang baik untuk kesehatan hewan ternak yaitu dengan menanam rumput gajah/king grass, naphier pakchong, mombaca f1, odot, dan taiwan serta indigofera," sebutnya.
Guna menjaga kelestarian lingkungan sekitar, maka perlu dilakukan pengendalian limbah padat, cair dan gas yang dihasilkan dari proses peternakan ini yaitu dengan membuat reaktor biogas, pengolahan kotoran hewan dengan proses dekomposisi sehingga pihaknya dapat memproduksi pupuk kompos untuk dimanfaatkan sendiri bahkan dijual ke pasar dengan harga yang lebih baik, sehingga pihaknya mampu meningkatan kesejahteraan tenaga kerja karena ini dapat dilakukan secara sambilan serta menambah pendapatannya.
"Pada tahun 2020 ini, RBIF memiliki persediaan sapi yang siap digunakan baik itu untuk memenuhi hewan qurban dengan berbagai variasi bobot sapi mulai dari 200 kg sampai dengan 700 kg. Yang lebih dari 75 % adalah merupakan hasil produksi RBIF sendiri," tukasnya.