Ilustrasi/net
|
PEKANBARU (CAKAPLAH) - Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau pada bulan Mei 2022 hanya 136,03. Angka ini turun sebesar 14,57 persen dibanding NTP April 2022 yang mencapai 159,22.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau Misfaruddin mengatakan, penurunan ini disebabkan harga produk pertanian yang dihasilkan oleh rumah tangga mengalami penurunan sebesar 14,19 persen. Sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen.
"Untuk Indeks harga konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan sebesar 0,43 persen, sementara indeks harga yang dibayar untuk keperluan produksi naik sebesar 0,45 persen," ujar Misfaruddin, Senin (6/6/2022).
Ia mengatakan, penurunan NTP ini terjadi pada 3 subsektor penyusun NTP.
"Penurunan NTP tertinggi terjadi pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat yaitu sebesar 16,35 persen. Kemudian diikuti penurunan NTP pada subsektor Hortikultura sebesar 1,02 persen dan diikuti penurunan NTP pada subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,39 persen," cakapnya.
Sedangkan dua subsektor penyusun NTP lainnya mengalami kenaikan.
"Kenaikan tertinggi terjadi pada subsektor peternakan sebesar 2,10 persen dan diikuti kenaikan NTP pada Subsektor Perikanan sebesar 0,28 persen," sebutnya.
Pada Mei 2022, 9 provinsi di Pulau Sumatera mengalami penurunan NTP. Riau tercatat sebagai provinsi dengan penurunan NTP tertinggi yaitu turun sebesar 14,57 persen.
"Sementara provinsi Kepulauan Riau tercatat sebagai satu-satunya provinsi yang mengalami kenaikan NTP di pulau Sumatera yaitu naik sebesar 0,93 persen," ucapnya.
Sebagai informasi, Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan.
NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Dengan angka NTP di atas 100, petani Riau mengalami surplus pendapatan. Dimana harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya.