PEKANBARU (CAKAPLAH) - Bidang Profesi dan Pengamanan (Bid Propam) Kepolisian Daerah (Polda) Riau telah memeriksa 12 anggota Kepolisian Resor (Polres) Indragiri Hulu (Inhu) pasca percobaan kabur tujuh tahanan, baru-baru ini. Pemeriksaan untuk mengetahui peran masing-masing anggota dalam bertugas.

"Sudah 12 anggota Polres Inhu diperiksa. Sejauh mana peran masing-masing, dalam artian kelalaian mereka tidak melakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan saat besuk (tahanan)," ujar Kabid Propam Polda Riau, Kombes Pol Pitoyo SIK, Senin (12/3/2018).

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, kata Pitoyo, pihaknya belum menetapkan siapa oknum yang bersalam dalam percobaan kaburnya tahanan tersebut. Meski begitu, nantinya akan ditetapkan siapa yang paling bertanggungjawab.

"Sampai saat ini belum ada yang bersalah. Tapi nanti akan ada yag bertanggung jawab," tutur mantan Kepolres Rokan Hulu ini.

Tujuh orang tahanan mencoba kabur dari sel tahanan Markas Polres Inhu, Selasa (6/3/2018) sekitar pukul 17.30 WIB. Mereka adalah Alexander yang diduga sebagai otak pelaku, Hendrio, Fransiskus Hutabarat, Agus Purwa, Dedi Saputra, Agus Sulistio, dan Rian Danika.

Insiden itu berawal ketika Hendrio meminta diambilkan salep kulit kepada petugas jaga Brigadir Polisi Dua Damendra. Ketika salep diserahkan, Hendrio menarik tangan Damendra, sedangkan Dedi Saputra yang memegang kakinya.

Saat bersamaan, tahanan Alexander yang diduga otak upaya pelarian tersebut meminta Bripda Damendra menyerahkan kunci sel. "Serahkan kunci, kamu tak akan kutembak," kata Alexander yang merupakan pecatan polisi.

Mendengar permintaan itu, Bripda Damendra menyatakan kalau kunci tak ada padanya. Dengan sekuat tenaga, Damendra berhasil melepaskan tangan dan kaki dengan menempel di dinding sel sedangkan tangan kiri masih dipegang Hendrio.

Selanjutnya Bripda Damendra berteriak minta tolong, seketika itu datang tiga petugas jaga lainnya untuk membantu. Namun, melihat Alexander menodongkan senjata api, mereka kabur.

Sementara, Bripda Damendra yang sudah berhasil melepaskan pegangan di tangan dan kakinya berusaha menyelamatkan diri dengan bersandar ke dinding sel. Alexander kemudian menembakkan senjata api berulangkali ke kunci pintu sel.

Bripda Damendra kemudian berhasil lari dan mengunci pintu sel bagian luar. Alexander pun tetap melakukan penembakan ke kunci sel.

Atas kejadian itu, personel dipimpin Kepala Bagian Operasional melakukan pengepungan dan negosiasi. Akhirnya Alexander berhenti menembak, sedangkan senjata api yang dipegangnya dilemparkan keluar kamar sel.

Berdasarkan olah tempat kejadian perkara (TKP), lantai sel kamar nomor 2, petugas menemukan 17 selonsong amunisi Cal 32 dan 10 butir amunisi aktif Cal 32, gembok sel merk Hermano terbelah dua.

Hasil interogasi terhadap Alexander, niat melarikan diri sudah direncanakan sejak Kamis, 1 Maret 2018. Rencana itu disetujui enam orang tahanan satu selnya.

Menurut pengakuan Alexander, senjata dibelinya dari seseorang dengan harga Rp15 juta. Sebelum diselundupkan ke dalam sel tahanan Mapolres Inhu, senjata itu disimpan di rumahnya di Jalan Kongsi 4, Air Molek, Inhu.

"Senjata itu dibawa istrinya (Alexander) saat membesuk. Di sini kita duga ada kelalaian petugas saat memeriksa bawaan pembesuk" kata Pitoyo.

Alexander merupakan tahanan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Rengat, Inhu yang menjalani masa hukuman selama 15 tahun. Pelayan polisi ini dititipkan jaksa ke Polres Inhu.

Alexander juga pernah kabur dari Lapas Rengat pada 3 September 2014 silam sekitar pukul 15.00 WIB, saat jadi tahanan titipan Kejaksaan Negeri Inhu. Dia dijemput beberapa orang dengan perlengkapan senjata api dan baru ditangkap lagi pada medio November 2017 karena kepemilikan 1 kilogram sabu-sabu dan senjata api.