ilustrasi
|
SIAK (CAKAPLAH) - Memasuki April ini, cuaca di Siak makin terasa panas menyengat. Hal ini juga diperkuat oleh perkiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyebutkan musim kemarau tahun ini bakal lebih ekstrem dibanding tiga tahun sebelumnya.
"Ada fenomena, yang mana matahari saat ini berada di dekat katulistiwa atau ekuator. Fenomena ini dimulai sejak akhir Maret lalu, matahari bergerak ke arah utara, sehingga wilayah Riau dan Kalimantan cuacanya sangat menyengat, karena mendapat radiasi penuh," kata koordinator Data dan Informasi (Datin) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru Marzuki kepada media, Senin (17/4/2023).
Dia mengatakan, kondisi ini diperparah dengan adanya gangguan badan tropis bagian utara dan selatan, sehingga membuat pertumbuhan awan tertarik ke pusat gangguan.
"Sebenarnya, pertumbuhan awan cukup baik, dengan energi panas yang ada mengangkat uap air, mendukung pertumbuhan awan, tetapi karena gangguan badai tropis sebelah utara dan selatan beberapa hari belakangan ini. Sehingga pertumbuhan awan tertarik kesana, jadi di tempat kita kurang pertumbuhan awannya," jelas Marzuki.
Lanjutnya, khususnya di wilayah ekuator, panas ini langsung diterima sampai ke bumi, tidak ada penghalang, karena pembentukan awan hanya tipis.
"Kalau suhu sih masih suhu normal, antara 33,8°C-34°C, tidak sampai ke 35°C yang masuk kategori suhu ekstrim. Dikarenakan pertumbuhan awan di tempat kita ini menipis, sehingga radiasi itu langsung sampai ke bawah bumi," katanya.
Fenomena ini, diprediksi akan terjadi hingga pekan depan.
"Sebenarnya, awal April ini prediksi kita, Riau ini sudah memasuki musim penghujan, tetapi karena ada gangguan badan tropis, membuat kondisi pertumbuhan awan terganggu di wilayah ekuator," tambah Marzuki.
Dengan cuaca yang sangat terik ini, BMKG telah mendeteksi beberapa titik hotspot. Faktor penyebab, salah satunya karena kurangnya curah hujan.
Penulis | : | Wahyu |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Kabupaten Siak, Lingkungan |