BENGKALIS (CAKAPLAH) - Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Bengkalis menvonis bebas Bripka Richie Fernando Pasaribu, personel Polisi Polres Kepulauan Meranti yang terjerat kasus narkotika jenis sabu 1,6 gram di sebuah CPU, Rabu (31/5/2018).

Majelis hakim menyatakan terdakwa tidak terbukti secara sah menyakinkan memiliki dan menguasai narkotika jenis sabu tersebut.

Terdakwa Richie sebelumnya dituntut Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri Meranti 8 tahun penjara.

"Dengan ini, kami menyatakan saudara Bripka Richie tak bersalah. Tidak ada cukup bukti untuk menyatakan anda bersalah," tegas Hakim Ketua Dame P Pandiangan, SH didampingi hakim anggota Mohd Rizki Musmar, SH dan hakim anggota Annisa Sitawati, SH.

Sontak, suasana ruang sidang utama itu pun jadi riuh dengan suara tangis suka cita keluarga terdakwa. Sementara Bripka Richie langsung berlutut sambil tak henti-henti mengucapkan rasa syukur kepada kebesaran Tuhan.

"Terima kasih Tuhan, engkau sudah keluarkan saya dari lubang jarum," ujarnya sambil terisak.

Menanggapi putusan bebas itu, JPU Samsu Yoni, SH kepada wartawan mengatakan, pihaknya masih pikir-pikir dan masih melakukan koordinasi dengan pimpinan apakah masih melakukan Kasasi atau tidak.

"Kita pikir-pikir dan koordinasi dulu dengan pimpinan untuk Kasasi," pungkasnya singkat.

Diberitakan sebelumnya, kasus membelit Bripka Richie berawal dari anggota Sat Narkoba Polres Meranti itu mengantarkan CPU kerjanya ke sebuah toko servis komputer. Saat mengantarkan CPU tersebut Richie didampingi dua orang rekannya.

CPU diantar ke toko milik seorang bernama Abun. Kemudian karena diservis CPU tersebut di tinggal di toko. Saat melakukan servis, pemilik toko membongkar CPU. Setelah dibongkar ditemukan paket sabu ukuran kecil. Kemudian memanggil abangnya Asen untuk melihat temuannya itu.

Merasa ada kejanggalan setelah penemuan narkoba itu, Abun tidak melaporkan langsung ke Sat Narkoba Polres Meranti. Melainkan mengadukan laporan tersebut ke salah satu personil Polres Meranti Iptu Wisnu yang bertugas di Sarpras Polres Meranti.

Wisnu ini yang langsung melaporkan ke Kapolres Meranti yang saat itu dijabat AKBP Barliansyah. Menerima laporan ini Richie dipanggil Kapolres Meranti dan berselang waktu Bripka Richie ditetapkan sebagai tersangka.

Menurut kuasa hukum Richie, Roland Pangaribuan dan Zulfikri penetapan Bripka Richie sebagai tersangka ini banyak ditemukan kejanggalan. Bahkan ia menyatakan, kasus kliennya  Richie diduga tidak sesuai SOP. Kejanggalan lain, terjadi diantaranya penemuan narkoba tersebut pada tanggal 10 Agustus 2017 lalu, sementara kejadian tersebut baru dilaporkan secara resmi pada tanggal 13 September 2017.

Bripka Richie tidak pernah diperlihat barang bukti berupa satu paket kecil sabu didalam CPU ketika diantar service seperti yang dituduhkan, di toko Abun. Baik beratnya atau bungkusnya seperti apa.

"Baru saat pelimpahan di Kejaksaan baru melihat barang bukti tersebut. Anehnya lagi, waktu penyidikan juga tidak dilampirkan sidik jari, anehnya kasus ditangani Reskrim, "terangnya.