PEKANBARU (CAKAPLAH) – Beberapa kasus penangkapan peredaran narkotika di wilayah Riau, kebanyakan yang berhasil  diungkap adalah kurir dari peredaran barang haram tersebut. Sementara untuk dalang serta bandar narkoba tersebut, sering terputus karena kurir tidak pernah berjumpa dan mengenal dari pemberi perintah.

Seperti kasus dimana Ditresnarkoba Polda Riau yang berhasil menggagalkan peredaran 33 kg narkoba jenis shabu dan 42.500 butir narkoba jenis pil ekstasi. Dari operasi yang sudah dimulai sejak beberapa hari sebelumnya, yang berhasil diamankan petugas hanyalah kurirnya saja. Sementara otak dan bandar jaringan peredaran narkotika tersebut belum terungkap.

Diceritakan Kapolda Riau Irjen Pol Nandang, bahwa pada Rabu (1/8/2018) bahwa pada awalnya, tim dari Diresnarkoba telah memantau dua orang yang dicurigai kurir terkait akan datangnya narkoba dari luar Riau. Namun, tim tersebut belum mengetahui apakah kurir ini menjadi penerima atau pengantar narkoba.

“Baru di tanggal 1 Agustus kemarin, kita mendengar ada barang yang akan masuk melalui Pelabuhan Sungai Pakning di Bengkalis. Tim kita langsung meluncur ke Pakning untuk melakukan penangkapan. Dua kurir yang sudah dalam pantauan ini pun juga bergerak ke Bengkalis,” ujar Nandang.

Nandang mengatakan bahwa ternyata narkotika yang dibawa masuk lewat Bengkalis tersebut dipecah menjadi dua jaringan. Yang pertama dibawa oleh seorang pria yang membawa 7 kg shabu serta ekstasi menggunakan Toyota Avanza.  Ia membawa paket tersebut menuju Pekanbaru.

Sedangkan pasangan suami istri tersebut membawanya ke arah Medan dengan membawa 26 kg shabu serta pil ekstasi.

“Setelah dijalankan aksi kejar-kejaran, kita menangkap kurir ke Pekanbaru tersebut pukul 14.00 WIB tidak jauh dari pelabuhan. Sedangkan yang pasutri kita tangkap di daerah Dumai, bersama dengan dua orang kurir dari Medan yang akan membawa barang tersebut ke Sumut,” jelas Nandang.

Namun sayang dalam operasi tersebut, pihak Polda Riau tidak berhasil mengungkap siapa yang menjadi dalang dari peredaran narkotika dalam jumlah besar ini. Termasuk juga orang yang membawa paket tersebut dari Bengkalis menggunakan kapal.

“Yang kita tahu mereka membawa barangnya dari Malaysia, karena kita juga berkomunikasi dengan kepolisian di sana. Kita juga kehilangan kesulitan melacak penerima di Pekanbaru karena kurir tersebut tidak pernah bertemu langsung dengan pemberi perintah,” sebut Nandang.

Kemudahan merekrut kurir tanpa harus bertemu ini, kata Nandang yang membuat sulit mengungkap jaringannya. Berdasarkan pengakuan semuanya, ini baru kali pertama mereka ikut dalam peredaran ini.
“Untuk yang berasal dari Medan, mereka hanya menerima upah Rp10 juta. Untuk yang membawa ke Pekanbaru diming-imingi upah sebesar Rp6 juta, tapi baru dibayar Rp600 ribu. Sedangkan pasutri tersebut hanya mendapat jatah 1 kg shabu, tanpa menerima uang,” pungkas Nandang.