PEKANBARU (CAKAPLAH) - Bripka Richi Pernando Pasaribu SH mengajukan gugatan praperadilan (prapid) terhadap penyidik Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor (Polres) Kepulauan Meranti. Richi tidak terima atas penetapannya sebagai tersangka kasus dugaan kepemilikan narkotika jenis sabu-sabu.

Gugatan disampaikan Ivan Dhori Maliala SH selaku kuasa hukum Richi ke Pengadilan Negeri Bengkalis pada 17 Oktober 2017 lalu. "Saat ini sudah masuk persidangan kedua, pembacaan replik," ujar Ivan,  Rabu (1/11/2017).

Ivan menilai ada kejanggalan penetapan tersangka terhadap kliennya. Selain perkara ditangani Satuan Reserse Kriminal, bukan Satuan Reserse Narkoba Polres Kepulauan Meranti juga kepemilikan barang tidak ditemukan pada Bripka Richi.

Dijelaskannya, perkara berawal ketika Bripka Richi ditemani dua rekannya, Bripda Tombol Josua Tampubolon dan Bripda Johanes P Sipayung yang juga merupakan anggota Polres Kepulauan Meranti membawa CPU untuk diperbaiki dan diinstal di Toko My Computer, Jalan Banglas, Kelurahan Selatpanjang Timur, pada Kamis tanggal 10 Agustus 2017

Saat itu, komputer diterima Andra Yanto alias Abun. Setelah komputer diserahkan, Bripka Richi dan rekannya melaksanakan patroli ke arah seputaran Desa Benglas tembus ke arah Desa Rintis.

Saat CPU dibuka, Abun menemukan satu bungkusan kecil yang dilipat dan di dalamnya ada plastik warna bening berisikan serbuk kristal yang mirip dengan sabu-sabu. "Bungkusan itu disebutkan ditemukan Abun di CPU yang diantar Bripka Richi bersama dua rekannya untuk diperbaiki," kata Ivan

Penemuan itu dilaporkan Abun kepada abangnya Andri Yanto alias Asen. Selanjutnya, mereka pergi ke rumah Bripka Richi untuk mengantarkan CPU itu tapi bersangkutan tidak ada di rumah karena sedang patroli.

Abun dan Asen lalu melaporkan tentang penemuan itu kepada Kasubag Logistik Polres Meranti, Iptu  Wisnu Budiarto. Mereka mengantarkan CPU komputer yang berisikan paket diduga sabu itu kepada Iptu Wisnu di ruang Sarana dan Prasarana Polres Kepulauan Meranti.

Setelah Abun dan Asen pergi, Iptu Wisnu beberapa kali menghubungi Bripka Richi melalui handphone. Ia meminta Bripka Richi yang sedang melaksanakan patroli agar segera datang ke Polres Meranti karena ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan.

"Atas panggilan itu, Bripka Richi berangkat menuju Polres Meranti bersama Bripda Tombol Josua Tampubolon dan Bripda Johanes P Sipayung. Setelah sampai, di ruangan itu juga hadir Asen dan Abun serta Iptu Wisnu," ungkap Ivan.

Iptu Wisnu mempertanyakan kepada Bripka Richi terkait kepemilikan CPU komputer itu.  “Apakah CPU ini milikmu?” kata Ivan menirukan ucapan Iptu Wisnu kepada kliennya.

Bripka Richi membenarkan kalau CPU komputer itu miliknya yang diantar ke Toko My Computer untuk diinstal ulang dan ganti casing. Lalu, Iptu Wisnu menjelaskan penemuan sabu di CPU yang diantar Bripka Richi tersebut. Setelah pembicaraan itu, mereka meninggalkan ruangan tersebut dan berpisah.

Tanpa sepengetahuan Bripka Richi, penemuan itu dilaporkan Iptu Wisnu dilaporkan ke Satuan Reserse Kriminal Polres Kepulauan Meranti pada 13 Agustus 2017. Pada tanggal 28 Agustus, Bripka Richi ditetapkan sebagai tersangka.

"Anehnya sejak tanggal 10 Agustus hingga  tanggal 23 September 2017, Bripka Richi tidak pernah melihat atau diperlihatkan narkotika jenis sabu seperti yang dikatakan pelapor (Iptu Wisnu). Saat ditemukan, sabu itu juga tak berada dalam penguasaan klien saya," papar Ivan.
 
Ditambahkannya, selama bertugas jadi anggota Polri sejak 1 Juli 2017, Bripka Richi selalu berkelakuan baik. Ia tidak pernah mendapatkan sanksi kedinasan ataupun sidang kode etik.