(CAKAPLAH) - Tidak dapat dipungkiri bahwa, hubungan Indonesia-Malaysia dalam beberapa tahun terakhir ini terus mengalami pasang surut hingga menimbulkan gejolak di tengah masyarakat di kedua negara.
Di tahun 2023 ini ada beberapa catatan penulis yang dianggap menjadi masalah dalam hubungan kedua negara. Pertama adalah protes Malaysia yang menyebabkan asap akibat kebakaran hutan di Indonesia. Dampaknya beberapa sekolah di Malaysia umumnya di tutup akibat asap yang dianggap oleh Malaysia datangnya dari Indonesia. Malaysia telah mengirim surat kepada Pemerintah Indonesia atas keprihatinan asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan di Sumatera. Dan Indonesia telah menyampaikan bahwa Indonesia sudah menangani kebakaran hutan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) nya Indonesia seperti yang disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup Indonesia.
Kedua, adalah protes Indonesia terhadap peredaran novel grafis karya Boey Chee Ming yang dianggap menghina pekerja Indonesia yang ada di Malaysia. Dan Akhirnya pemerintah Malaysia menarik peredaran buku yang berjudul novel grafis karya Boey Chee Ming yang berjudul 'When I Was a Kid 3: Childhood Stories by Boey'. Buku tersebut dianggap menghina dan merendahkan asisten rumah tangga asal Indonesia. Dan secara resmi pula pemerintah Malaysia melarang peredaran buku tersebut yang sudah terbit sejak tahun 2014 dan buku tersebut merupakan terbitan ke-3.
Penulis yang bernama Boey Chee Ming merupakan seniman Malaysia yang tinggal di Amerika Serikat (AS). Boey yakin pelarangan tersebut disebabkan oleh sebuah bab dalam buku tersebut yang menggambarkan di mana ayahnya mengibaratkan pembantu rumah tangga asal Indonesia tersebut monyet karena dia bisa memanjat pohon dengan cepat untuk memetik kelapa. Niat saya bukan untuk merendahkan tetapi untuk memuji kecepatan luar biasa yang dilakukan pekerja kami dalam memanjat pohon kelapa dan akhirnya, Boey telah meminta maaf atas tulisannya tersebut.
Pada penghujung tahun 2020, hubungan Indonesia-Malaysia kembali terusik dengan persoalan yang disebabkan oleh adanya penghinaan terhadap lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dilakukan oleh seorang warga negara Indonesia yang berada di Sabah, Malaysia. Protes keras telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dengan jalur diplomatik dan ditanggapi oleh pihak pemerintah Malaysia dengan melakukan investigasi langsung dan menangkap yang melakukan penghinaan tersebut. Pertanyaannya bagaimana bisa seorang WNI melakukan kejahatan tersebut yang dilakukan di negara lain yaitu di Sabah, Malaysia? Apa motif dan alasannya melakukan hal tersebut? Kalau diamati dan ditelusuri dalam 10 tahun terakhir, hubungan antara Indonesia dan Malaysia terus mengalami pasang surut seiring dengan berbagai persoalan yang muncul.
Terakhir hubungan kedua negara mengalami persoalan yang cukup mendapat perhatian yaitu adanya iklan dari sebuah produk elektronik luar negeri yang berada di Malaysia. Sebuah perusahaan asing di Malaysia yang menggunakan kalimat tak pantas dalam iklan produk elektroniknya. Sebuah kalimat dinilai menyudutkan tenaga kerja Indonesia. Kalimat yang dinilai tidak pantas tersebut bertuliskan "Fire Your Indonesia Maid Now!" (Pecat pembantu rumah tangga Indonesia sekarang!). Iklan itu mengajak calon konsumennya untuk menggunakan produk Irobot untuk membersihkan lantai dan kolam renang, tanpa menggunakan tenaga kerja Indonesia di Malaysia. Hal yang demikian telah memicu protes keras dari pihak Indonesia dan meminta untuk ditarik.
Hubungan Indonesia dan Malaysia terus mengalami pasang surut, namun demikian hubungan negara serumpun tersebut dapat diselesaikan dengan selalu mengedepankan hubungan yang saling menghormati atas kedaulatan masing-masing negara. Dalam masalah nelayan Malaysia yang memasuki wilayah kedaulatan Indonesia, pemerintah Malaysia meminta nelayannya untuk tidak menangkap ikan di perairan Indonesia secara ilegal demikian pula sebaliknya. Tentunya, Malaysia menghormati kedaulatan wilayah Indonesia dan begitu juga Indonesia menghormati kedaulatan Malaysia untuk kasus tenaga kerja Indonesia yang memasuki wilayah Malaysia secara ilegal.
Tentu hubungan antara Indonesia dan Malaysia yang mengalami pasang surut tersebut tidak terlepas dari kedekatan dan hubungan sosial-budaya yang telah lama terjadi diantara kedua negara. Jika terjadi persoalan diantara kedua negara, tentu harus diselesaikan dengan mengedepankan hubungan yang saling menghormati atas kedaulatan masing-masing negara. Tidak mungkin kedua negara yang memiliki kedekatan wilayah dan memiliki kesamaan dalam aspek sosial budaya tersebut tidak pernah berbenturan.
Pasang surut hubungan Indonesia dan Malaysia tidak dapat dilepaskan dari perbedaan sudut pandang dan kepemilikan data diantara kedua negara. Sejarah mencatat bahwa dalam hal sengketa wilayah dan kepemilikan pulau Sipadan-Ligitan di Pulau Borneo (Kalimantan) yang terjadi, kedua negara tidak dapat menyelesaikannya melalui meja perundingan bilateral. Atas kesepakatan bersama, kedua negara bersepakat membawa masalah Sipadan-Ligitan melalui meja Mahkamah Internasional. Tentu hasilnya sudah diketahui yang mana Mahkamah Internasional memenangkan Malaysia atas kepemilikan kedua pulau tersebut.
Terakhir isu pemancangan patok di kawasan Tanjung Datuk, Kecamatan Paloh, Kalimantan Barat oleh Malaysia, membuat Indonesia protes dan prihatin akan masalah tersebut. Melalui jalur bilateral dan meja perundingan di Bandung, Jawa Barat, akhirnya Malaysia bersedia menarik patok yang telah di pasang di Tanjung Datu. Peningkatan infrastruktur di wilayah perbatasan dan kepulauan menjadi hal yang utama. Wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar Indonesia tentunya menjadi wilayah terdepan yang mana Indonesia sudah diakui oleh dunia internasional sebagai Negara Kepulauan (Archipelagic State).
Sebagai negara Kepulauan yang memiliki wilayah yang cukup luas dan berpotensi menjadi sengketa dengan negara-negara lainnya tidak saja dengan Malaysia, dengan negara-negara yang memiliki perbatasan baik darat maupun lautan seperti dengan Timor Leste, Papua Nugini dan Australia, Indonesia perlu memperkuat infrastruktur dan segala potensi yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu, penguatan wilayah perbatasan dengan Negara-negara tetangga baik perbatasan darat maupun lautan merupakan hal yang utama dan menjadi prioritas untuk diperkuat.
Penulis | : | Hasrul Sani Siregar, S.IP, MA Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Internasional, Cakap Rakyat |