SIAK (CAKAPLAH) - Camat Mempura Desy Pefianti satu-satunya perempuan menjadi camat di Kabupaten Siak mengaku tidak merasa canggung lagi berada di lingkungan lelaki. Baginya hal itu bukan halangan untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat.
Rapat atau sejumlah kegiatan yang mengharuskan dirinya berada di antara para camat lainnya awalnya canggung, namun lama-kelamaan dirinya terbiasa. Terlebih semua bekerja tak membandingkan gender tapi sebaliknya profesionalitas kerja.
"Yang berat adalah ketika di lapangan yang dihadapi laki laki semua namun itu semua adalah tantangan, beriring waktu semua bisa dihadapi dengan baik," cakap Camat Mempura, Desy Pefianti, Selasa (21/04/2020).
Awalnya Desy menjadi Camat Dayun. Baginya menjadi Camat Dayun tantangan dan permasalahan tidak sekompleks di Kecamatan Mempura.
Selama 10 bulan di Dayun, dia pindah dan menjadi Camat Mempura. Kecamatan yang berseberangan dengan Kota Siak, hanya terpisahkan oleh Sungai Siak. Kecamatan yang memiliki banyak peninggalan sejarah, mulai dari permakaman sampai Tangsi Belanda yang baru direnovasi menjadi cantik dan nyaman.
Tidak hanya itu yang harus dijaganya namun ekonomi masyarakat juga harus dijaga di tengah badai Covid-19 ini.
Hal ini tidak semudah membalik telapak tangan. Sebagai pembina TP-PKK Kecamatan Mempura, dia berusaha agar para ibu bisa membantu menopang perekonomian keluarga.
“Saya terus berkoordinasi dan berusaha mencarikan solusi. Sehingga tidak ada gejolak apalagi permasalahan ekonomi di masyarakat,” ungkapnya.
"Selalu melakukan inovasi untuk memajukan masyarakat Kecamatan Mempura. Saya bukan belakang penghulu tapi saya berada di samping penghulu sebagai mitra," tambahnya lagi.
Bahkan untuk semakin mempererat ikatan emosional, tidak hanya masker dan antiseptik saja yang diberikan kepada masyarakat melalui para ibu, tapi juga sembako, terutama yang ekonominya terdampak karena Covid-19.
"Wabah Covid-19 ini dampaknya sangat luar biasa terhadap masyarakat Mempura, setiap turun ke lapangan saya terus mendengar keluhan dari masyarakat kami,"kata Desy.
Koordinasi dengan seluruh penghulu agar seluruh masyarakat yang ekonominya terpuruk karena Covid-19, untuk diperhatikan. Sebab dana desa sebagian memang diperuntukkan untuk membantu masyarakat korban Covid-19.
“Saya sempat dipanggil Kak Ros oleh para penghulu, karena saya berusaha tegas dalam bersikap. Namun, di satu sisi tidak baper, dan selalu mendukung hal positif yang dilakukan penghulu,” ungkapnya.
Sebagai perempuan, menurut Desy, dirinya juga harus berusaha memahami para penghulu. Karena dia dengan para penghulu bagian yang tak terpisahkan.
“Terlebih jika itu menyangkut kepentingan masyarakat saya lebih concern dan terkesan tegas. Saya tidak mau ada masyarakat yang terabaikan. Dan prinsif saya ini mendapat dukungan para penghulu,” ungkapnya.
Dia mengakui sempat ada pembicaraan saat penutupan rumah ibadah untuk umum secara sementara. Namun, dia terus berkoordinasi dengan pihak terkait dan menyosialisasikan kepada masyarakat bahwa apa yang dilakukan semuanya untuk kepentingan masyarakat.
Sempat ada yang menyinggung menyangkut akidah. Dia menyadari hal itu karena kesalahpahaman. Makanya dia tidak mengambil hati. Dirinya tetap maju, karena berada dalam kebenaran.
Desy mengajak kepada seluruh kaum wanita di Indonesia khususnya di Siak untuk tetap sabar di masa cobaan seperti ini dan tetap menjadi perempuan smart serta cerdas.
"Menjadi ibu yang smart untuk orang lain dan keluarga secara khususnya.Setiap kesusahan pasti ada jalan keluar," tutupnya. (ADV)
Penulis | : | Alfath |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Pemerintahan, Kabupaten Siak |