
![]() |
H. Sofyan Siroj Abdul Wahab, LC, MM.
|
TANPA terasa kita memasuki bulan Muharram. Bulan permulaan dalam kalender Islam yang jatuh sebelum bulan Safar dan muncul setelah Dzulhijah. Muharram adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT. Bagi umat Islam, hari ini (Rabu, 19/7/2023) kita memperingati tahun baru Islam 1445 H. Namun sayang tahun baru Islam (akrab juga dikenal tahun baru Hijriyah) tak sesemarak tahun baru Masehi. Bila menyongsong tahun baru Masehi banyak manusia termasuk kalangan muslim bersuka-cita menyambut, tumpah-ruah di jantung kota bahkan perayaannya disponsori Pemerintah Daerah (Pemda) setempat layaknya kedatangan tamu agung, tidak demikian pemandangan perayaan tahun baru Islam.
Memang ada yang menyemarakkan tapi tak banyak. Jika di tahun baru masehi banyak orang sibuk mengatur diri dan membuat proyeksi serta mengikat janji dan banyak lagi, tak begitu saat tahun baru Hijriyah. Paling hanya segelintir yang larut dalam kesyahduan menyambut tahun baru 1 Muharram, seraya menyempatkan waktu evaluasi diri dan merencanakan agenda berbenah.
Kurangnya antusiasme tentu bukan pertanda baik. Padahal tahun baru Hijriyah punya makna luar biasa. Berkontribusi melahirkan peradaban dari semula tidak diperhitungkan lalu menggeser peradaban superpower waktu itu seperti Romawi dan Persia. Keberanian tampil beda dan jadi trendsetter faktor kunci. Diawali sikap percaya diri merumuskan sistem penanggalan sendiri.
Esensi dibalik hadirnya kalender hijriyah, umat muslim dididik untuk tidak minder. Memupuk sikap tersebut sangat penting. Tanpa itu bagaimana mungkin mau menawarkan konsep dan ajaran Islam sebagai solusi problematika kehidupan? Nilai dan ajaran Islam jelas mengandung banyak kemaslahatan bagi kehidupan pribadi, sosial hingga berbangsa dan bernegara. Di luar itu, sistem kalender Islam turut memperkaya khazanah dunia. Sebagaimana agama lain yang umumnya memiliki kalender masing-masing untuk menandai hari dan peristiwa besarnya. Misal bangsa Tiongkok memakai kalender sendiri, begitujuga dominasi kalender Masehi yang dimulai dari peristiwa kelahiran Yesus. Artinya, peradaban Islam ikut mewarnai dunia lewat sistem penanggalan unik.
Simbol
Penetapan tahun baru Hijriyah bukan sekadar perkara tampil beda. Akan tetapi ini simbol bagaimana seharusnya paradigma umat Islam: bangga lahir dalam keadaan muslim dan berusaha menjadi muslim sepenuhnya (kaffah). Menilik sejarah, tak heran dulu peradaban Islam membawa pengaruh luar biasa. Peradaban yang dibangun menginfiltrasi berbagai bidang. Politik, sosial, seni, sains dan ilmu pengetahuan dan seterusnya. Di saat para ilmuan di benua Eropa menghadapi hukuman atas pendapat dan temuan dianggap berseberangan, ilmuan Islam memberi sumbangsih luar biasa di berbagai bidang dan disiplin ilmu.
Sewaktu masyarakat Eropa hidup dalam kondisi memprihatinkan, merajalela kebodohan dan buta huruf serta wabah penyakit akibat buruknya kebersihan, Islam telah membangun negeri beradab sejak Madinah berlanjut ke puncaknya yakni Baghdad dan Turki Utsmani yang memperkenalkan tata kelola kota dan pemerintahan ideal. Kini kejayaan peradaban Islam tinggal kenangan. Perkaranya bukan konsep Islam ketinggalan zaman. Tapi umatnya makin jauh dari ajaran Islam. Sekarang justru bangga berkiblat ke negara dan budaya luar. Konsep diri yang melahirkan sikap mental pengekor.
Oleh karena itu penting untuk mendalami peristiwa di balik lahirnya tahun baru Hijriyah. Sama halnya peristiwa bersejarah lain, memberi kita pengetahuan berharga dan modal menghadapi berbagai tantangan. Yakinlah, sejarah terus berulang. Dulu Rasulullah SAW dan para pengikutnya berhijrah dari Makkah menuju Madinah menghadapi banyak cabaran. Semua demi menjaga agama. Dicemooh, dibuli dan disiksa.
Sekarang hal serupa tetap terjadi. Jalan menuju kebaikan tak akan pernah mulus. Terlebih zaman kini yang serba paradoks. Pendusta dipuja sementara orang jujur dikriminalisasi; pengkhianat disanjung sedang yang amanah dirundung; menyampaikan kebenaran dianggap menebar kebencian, anehnya pelaku keburukan dapat perlindungan. Semua dipertontonkan terang-terangan. Miris menengok organisasi semisal FPI yang sigap dan kerap turun bantu warga terkena bencana dibubarkan atas alasan radikal. Namun Al Zaytun yang terbukti mempraktikan ajaran sesat dan menyimpan bibit pemberontak NII terkesan dilindungi. Berikutnya contoh teranyar baru-baru ini dua orang Guru Besar salah satu kampus negeri dicopot gelar profesornya oleh Mendikbud Ristek karena membongkar dugaan kasus korupsi.
Fenomena di atas bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Rasulullah sudah jauh-jauh hari mengingatkan bahwa “akan datang suatu masa orang yang bersabar berpegang pada agamanya seperti menggenggam bara api” (HR. AtTirmidzi). Agama dimaksud bukan semata perkara ibadah bersifat ritual. Segala bentuk kebenaran dan kebaikan pada dasarnya fitrah dan bagian dari ajaran agama. Oleh karena itu, semakin baik agama seorang muslim maka harusnya bertambah kepeduliannya dengan keadaan sekitar. Mengasihani saudara yang berkekurangan dan tergerak meluruskan kekeliruan dan ketidakadilan. Tinggal sejauhmana tekad dan konsistensi ber-amar ma’ruf nahi munkar. Walau dihadang dari berbagai penjuru mata angin. Tahun baru Hijriyah momentum tepat mengkalibrasi semangat untuk terus berupaya menjadi pribadi baik, menebarkan pesan konstruktif dan kebenaran sesuai kapasitas dan kemampuan. Semoga usia diberikan Allah SWT dapat bermanfaat. Nasehat teruntuk kita semua, bahwasanya orang dikatakan panjang umur jika hidupnya produktif dan berdampak positif. Orang dipanjangkan usia tapi defisit amal kebajikannya dan tidak produktif maka disebut bangkrut hidupnya. Lafii khusrin sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran. Selamat tahun baru Islam 1445 Hijriah. Semoga Allah SWT beri hidayah dan menguatkan tekad berhijrah.
Penulis | : | H. Sofyan Siroj Abdul Wahab, LC, MM (Anggota DPRD Provinsi Riau) |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Cakap Rakyat |










































01
02
03
04
05




