(CAKAPLAH) - Jika ditanya setiap orang pasti semunya ingin hidup sehat wal’afiat lahir dan batin. Namun malangnya tidak semua orang dapat untuk menikmati hidup sehat. Penyebabnya ada dua, yaitu faktor internal dari dalam diri sendiri dan kedua faktor eksternal atau lingkungan tempat tinggal makhluk hidup. Kedua faktor tersebut akan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Ianya seperti dua sisi mata uang yang sama pentingnya.
Dari faktor internal, seorang individu harus dapat mengamalkan pola dan gaya hidup sehat. Mulai dari menu makanan yang seimbang, yaitu; komposisi antara karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin yang seseuai porsinya seperti yang dianjurkan oleh ahli gizi dan pakar kesehatan. Melakukan olahraga yang rutin dan teratur setiap pekannya. Termasuk juga adalah dengan istirahat yang cukup dan melakukan kegiatan sosial atau hobby untuk mengisi waktu senggang. Dan juga melakukan rekreasi dan liburan untuk melemaskan otot dan urat syaraf.
Kemudian juga adalah menjaga kesehatan mental dengan menata hati dan jiwa selalu tenang dan terjauh dari stress dan depresi. Hal yang terakhir ini juga perlu asupan rohani dari agama dan keyakinan seseorang individu supaya batinnya senantiasa berbahagia dengan segala problem kehidupan yang dihadapi setiap hari.
Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga kebersihan diri dengan selalu mencuci tangan setelah keluar rumah atau menyentuh barang-barang yang kotor. Mandi yang teratur. Mengkonsumsi makanan dan minum air yang bersih. Menjaga kebersihan rumah dan sanitasi. Pengudaraan dan pencahayaan yang mencukupi di tempat tinggal dan tempat bekerja.
Jika setiap individu dapat mengamalkan pola dan gaya hidup sehat, akan berdampak kepada keluarga, seterusnya masyarakat di tempat tinggal masing-masing, dan jika semuanya sudah merata akan menyebar keseluruh penjuru negara, dari pedesaan hingga perkotaan.
Dalam tulisan ini akan lebih fokus kepada masyarakat urban yang tinggal di perkotaan. Hal ini karena problem dan tekanan hidup yang tinggi di perkotaan yang rentan dengan berbagai penyakit yang dapat menggerogoti jiwa seseorang individu. Kini, banyak penyakit-penyakit baru yang menimpa warga kota berbanding yang dialami masyarakat di pedesaan.
Semenjak tahun 2008, Indonesia juga sudah memasuki urban millenium, dimana penduduk yang tinggal di perkotaan sudah lebih banyak berbanding yang tinggal di pedesaan. Dan diperkirakan tiga perempat penduduk dunia akan tinggal di perkotaan pada tahun 2050. Arus urbanisasi yang tinggi ini justru banyak terjadi di negara-negara berkembang di Asia dan Afrika, termasuk Indonesia. Hal ini juga dapat ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah kota besar, metropolitan hingga megapolitan di kawasan ini.
Seturut itu, dituntut kesehatan individu untuk dapat bertahan hidup di perkotaan dengan tingkat pencemaran lingkungan yang semakin mengkhawatirkan (udara, air, sampah) dan ditambah lagi dengan banjir dan kemacetan lalu lintas. Selain itu masalah sosial ekonomi yang mendera warga kota, seperti pengangguran, kriminalitas, penggunaan narkoba dan ekstasi, kemiskinan dan wujudnya kawasan kumuh di perkotaan yang menambah tekanan hidup warga kota.
Agar dapat hidup sehat dalam arti yang sejati, setiap kota juga harus memperlengkapi dengan infrastruktur kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan yang memadai dengan semakin banyak penduduk yang mendiami suatu kota. Karena dengan hanya mengandalkan hidup sehat dari setiap individu, tanpa di dukung oleh kondisi kesehatan sebuah kota juga akan sukar terwujud hidup sehat yang sebenarnya. Kondisi kesehatan manusia juga dipengaruhi kesehatan lingkungan.
Mustahil rasanya dapat hidup sehat pada sebuah kota yang sakit, yaitu suatu kota yang tidak bisa lagi memberikan kehidupan bagi warganya, baik karena minimnya sarana dan prasarananya ataupun karena wujudnya bencana alam dan perang yang berkecamuk, seperti yang terjadi Palestina saat ini.
Oleh karena itu, gagasan untuk mewujdukan kota sehat (healthy city) adalah suatu keniscayaan sebagaimana yang telah diperkenalkan pada kota-kota di Eropa oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 1986, juga telah ditindaklanjuti oleh berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia. Program kota sehat bertujuan agar terciptanya kondisi kota yang bersih, aman, nyaman dan sehat untuk dihuni dan sebagai tempat bekerja bagi warganya dengan terlaksananya berbagai program-program kesehatan dan sektor lain sehingga dapat meningkatkan sarana, produktivitas dan perekonomian masyarakatnya.
Hal tersebut akan dapat dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi dan disepakati oleh masyarakat dan pemerintah. Kunci keberhasilan dari kota sehat terletak pada dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat, serta kolaborasi dan komitmen penuh lintas sektor untuk memenuhi setiap indikator pada setiap tatanan di sektor masing-masing.
Indikator kota sehat dalam konteks negara Indonesia mencakup komponen : (1) kawasan permukiman, sarana dan prasarana umum, (2) kawasan sarana lalu lintas tertib dan pelayanan trasnportasi, (3) kawasan industri dan perkantoran yang sehat, (4) kawasan-kawasan pariwisata sehat, (5) kawasan pertambangan sehat, (6) kawasan hutan sehat, (7) tatanan kehidupan masyarakat sehat yang mandiri, (8) tatanan kesehatan pangan dan gizi, dan (9) tatanan kehidupan sosial yang sehat.
Kota yang sehat akan dapat memberikan habitat hidup manusia dan makhluk hidup lainnya, tempat tinggal yang layak huni, aman, nyaman dan sehat, serta sarana dan prasarana yang memadai dari aspek kuantitas dan kualitasnya untuk semua warga kota tanpa melihat latar belakang suku, agama dan warna kulit. Semoga dapat terwujud hidup sehat di kota sehat sebagaimana judul tulisan di atas.***
Penulis | : | Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru. |
Editor | : | Jef Syahrul |
Kategori | : | Cakap Rakyat |