Dr. Biryanto
|
Peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari kemajuan perkembangan nilai moral, etika, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan tatanan hidup masyarakatnya. Bangsa yang maju peradabannya tidak hanya dilihat dari seberapa pesat pembangunan fisiknya, namun juga seberapa tangguh masyarakatnya dalam menerapkan nilai-nilai kebaikan budi pekerti.
Memajukan peradaban bangsa tentu tidak dapat dilakukan oleh pemerintah saja, betapapun kuat dan hebatnya suatu pemerintahan, tetap memerlukan dukungan semua elemen bangsa. Sebagai warga negara, kita adalah salah satu elemen bangsa yang terhimpun dalam kelompok masyarakat yang memiliki tanggung jawab untuk memajukan peradaban bangsa.
Mengingat arti pentingnya kemajuan peradaban bagi suatu bangsa, maka diperlukan upaya, kesungguhan, dan konsistensi untuk mewujudkannya. Bagi bangsa Indonesia, sebenarnya terdapat nilai luhur yang dapat diandalkan untuk mewujudkan hal tersebut, yaitu melalui gotong royong. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gotong royong didefinisikan sebagai aktivitas bekerja bersama-sama; tolong menolong; dan bantu membantu.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa gotong royong merupakan aktivitas kolektif dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan tertentu. Nilai gotong royong ini juga mengindikasikan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri dan mencukupi semua kebutuhannya seorang diri, sehingga memerlukan bantuan orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Gotong royong sebagai salah satu nilai kebangsaan yang bersumber dari Sesanti Bhinneka Tunggal Ika, sebenarnya merupakan warisan peradaban yang berakar dari nilai-nilai luhur budaya bangsa. Semangat gotong royong ini begitu identik dengan bangsa Indonesia dan menjadi salah satu kekhasan bangsa kita yang perlu dijaga dan terus dilestarikan.
Namun demikian, harus kita akui bahwa semangat gotong royong saat ini mulai memudar dalam kehidupan bermasyarakat. Terlebih dengan keberadaan kita menuju era Society 5.0 yang mengedepankan konsep masyarakat cerdas dengan pemanfaatan inovasi, kecanggihan teknologi, dan kecerdasan buatan dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini bila tidak dikelola dengan baik akan mendorong seseorang menjadi pribadi penyendiri dan berkarakter individualis. Penyebab dari kondisi tersebut karena sebagian besar kebutuhan hidupnya dapat dipenuhi dengan bantuan teknologi dan tidak lagi mengharuskannya berhubungan dengan banyak orang.
Keadaan yang telah dikemukakan tadi menjadi perhatian bagi kita semua, agar dapat mengantisipasi semakin pudarnya nilai gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat, terlebih dalam upaya memajukan peradaban bangsa. Merawat semangat gotong royong dalam bingkai kebhinnekaan tentu menjadi prioritas bagi kita semua sebagai anak bangsa. Gotong royong tidak saja memperkuat rasa kebersamaan dan persatuan, tetapi juga menjadi sarana dalam akselerasi pencapaian tujuan bersama.
Berikut ini beberapa unsur yang menentukan efektivitas gotong royong. Pertama, gotong royong memiliki tujuan yang disepakati dan memberikan manfaat bagi semua yang terlibat. Kesadaran untuk melaksanakan gotong royong tidak bisa serta merta muncul tanpa adanya tujuan yang jelas. Oleh karena itu, setiap aktivitas gotong royong perlu disertai dengan tujuan, baik yang bersifat jangka pendek atau instan, bisa juga untuk jangka menengah, dan mungkin juga untuk panjang.
Pada skala mikro di lingkup antar tetangga dan masyarakat, kegiatan gotong royong akan menjadi kurang efektif bila masyarakat tidak mengetahui tujuan dan manfaatnya bagi mereka. Namun kondisinya tentu saja berbeda, bila masyarakat sadar dan paham betul betapa pentingnya gotong royong tersebut dan besarnya manfaat yang akan mereka terima. Walaupun sedikit terdengar transaksional, namun prinsip take and give tersebut adalah realitas yang wajar saja seiring dengan perubahan zaman.
Pada skala makro seperti dalam lingkup kehidupan berbangsa dan bernegara, gotong royong untuk melaksanakan pembangunan di semua sektor memerlukan partisipasi dari semua pihak. Bila semua pihak yang terlibat memahami tujuan dan manfaat dari gotong royong tersebut, maka tingkat partisipasi mereka tentu akan meningkat. Untuk itu diperlukan sosialisasi dengan menggunakan tokoh masyarakat sebagai komunikator, dan memanfaatkan media komunikasi digital secara bijak dan optimal.
Kedua, gotong royong memerlukan pemimpin. Sebagai suatu aktivitas yang melibatkan banyak orang, gotong royong ini akan menjadi tidak efektif bila tidak ada orang yang menjadi leader untuk mengarahkan dan menggerakkan orang-orang tersebut. Kepemimpinan dalam aktivitas gotong royong mutlak diperlukan untuk memastikan bahwa semua orang yang terlibat memiliki arah yang sama untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Karakter kepemimpinan yang demokratis dan persuasif cocok pada konteks ini, karena memberikan ruang yang luas bagi setiap orang untuk berkontribusi sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Di sisi lain kepemimpinan persuasif akan mampu mengajak dan mendorong orang lain untuk menjadi bagian dan berperan aktif dalam pelaksanaan aktivitas gotong royong.
Ketiga, gotong royong akan berjalan lebih efektif bila ada pembagian tugas yang sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Adanya pembagian tugas yang tepat akan mengurangi risiko terjadinya overlapping (tumpang tindih) pelaksanaan tugas kerja, karena setiap orang mengetahui apa yang harus dikerjakannya, dan apa yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu dengan adanya pembagian tugas akan memastikan bahwa setiap aspek pekerjaan akan dilaksanakan, sehingga efektivitas tujuan gotong royong dapat tercapai. Selanjutnya, penempatan orang pada tugas kerja yang tepat juga akan mendorong terlaksananya pekerjaan dengan hasil yang lebih baik.
Keempat, gotong royong dengan hasil optimal memerlukan komunikasi yang efektif. Gotong royong pada konteks memajukan peradaban bangsa, tentu memerlukan proses yang berkelanjutan dan melibatkan semua elemen bangsa. Untuk itu dengan adanya komunikasi yang efektif, maka kejelasan dan akurasi informasi akan dapat bergerak dengan cepat, sehingga memudahkan kerja sama dan kolaborasi kerja dari semua pihak. Selain itu, melalui komunikasi yang lancar maka perkembangan kemajuan (progress) dari tahapan kegiatan yang dilaksanakan dapat diketahui dan diakses dengan mudah oleh semua pihak. Kondisi ini akan mendorong peran aktif dan partisipasi yang lebih banyak dari masyarakat untuk bersama-sama memajukan peradaban bangsa.
Terakhir yang tidak kalah penting adalah menghadirkan suasana lingkungan yang kondusif dengan membangun rasa saling mendukung dan menguatkan. Lingkungan yang nyaman saat aktivitas gotong royong dilaksanakan, sangat memberikan dampak yang signifikan dalam mempercepat tercapainya tujuan gotong royong pada semua tingkatan, baik skala mikro maupun makro. Lingkungan kondusif ini juga mencakup tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, sehingga pihak-pihak yang telah diberikan tugas dapat melaksanakan tugasnya dengan hasil yang diinginkan.
Beberapa unsur gotong royong yang telah diuraikan tadi diharapkan dapat menjadi pegangan dan diadaptasi dalam upaya memajukan peradaban bangsa. Melalui gotong royong yang berakar dari Sesanti Bhinneka Tunggal Ika ini menunjukkan bahwa semangat gotong royong didasarkan pada adanya keberagaman untuk mencapai tujuan yang sama. Kita semua berbeda, namun dengan perbedaan itulah kita dapat berperan sesuai dengan kapasitas diri kita masing-masing untuk bersama-sama berkontribusi memajukan peradaban bangsa yang kita cintai yaitu bangsa Indonesia.
Sebagai penutup, mengutip pidato Bung Karno pada sidang pertama BPUPKI 1 Juni 1945 mengatakan, “Gotong royong adalah paham yang dinamis, lebih dinamis dari kekeluargaan. Saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu paham yang statis, tetapi gotong royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan. Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, perjuangan bantu binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis kuntul baris (ungkapan yang menggambarkan barisan burung kuntul ketika terbang dengan pola meruncing seperti senjata), buat kepentingan bersama! Itulah gotong royong.”
Penulis | : | Dr. Biryanto (Alumni Lemhanas RI) |
Editor | : | Ali |
Kategori | : | Cakap Rakyat |